Monday, July 20, 2009

Empat Kunci Memenangkan Persaingan Global

Empat Kunci Memenangkan Persaingan Global

Oleh : Riandi

Untuk memenangkan persaingan global tidak cukup hanya dengan wacana.
Apalagi, wacana tersebut hanyalah sekedar slogan yang menjadi pemanis
bibir dalam persaingan politik. Dan juga tujuan pelontaran wacana
tersebut kadangkala lebih sering hanyalah untuk saling menjatuhkan
tanpa tindakan yang konkrit. Ketika sedang ribut-ribut tentang ekonomi
kerakyatan vs neoliberal maka perlu dicermati lebih lanjut apa latar
belakang dibalik itu semua. Apakah itu hanya sekedar wacana kosong,
permainan kata-kata, perang urat syaraf yang dilontarkan oleh
segelintir orang untuk kepentingan pribadi atau golongannya belaka.
Daripada meributkan dan dipusingkan oleh istilah-istilah yang
dipolitisir tersebut tentu akan lebih baik mengambil contoh-contoh
nyata yang telah dilakukan oleh pelaku-pelaku bisnis dunia. Pelajaran
yang dapat diambil dari mereka jelas lebih bersifat praktis dan
tentunya lebih berpijak di dunia nyata untuk diterapkan guna
memenangkan persaingan global.
Ada empat kunci yang dapat dipelajari. Kunci pertama yang dapat
dipelajari adalah tentang fokus. Bermain di arena tertentu. Memusatkan
perhatian dan kekuatan pada titik atau bidang tertentu saja. Karena
takkan ada yang bisa menang di semua bidang, di semua hal. Bidang yang
dapat dimasuki, dijelajahi untuk bisnis sangatlah luas. Untuk menjadi
pemenang, dasar pertama yang diperlukan adalah fokus, yaitu
mendefinisikan ruang lingkup bisnis pada bidang tertentu. Tujuannya
adalah menjadi yang terbaik di bidang masing-masing.
Microsoft fokus di pengembangan software. Sistem operasi Microsoft
windows beserta Office-nya mendominasi di ranah PC, Notebook dan
Netbook. Meskipun kemudian Microsoft terjun ke bisnis mesin pencari
dengan Bing, atau Xbox untuk konsol game, ruang lingkupnya masih tetap
diseputar teknologi informasi komunikasi. Google fokus menjadi pemain
di layanan internet. Sebagai situs mesin pencari raksasa dunia yang
juga menyediakan berbagai layanan lainnya seputar internet seperti
email, peta, blog, dan lain sebagainya.
Facebook fokus di situs jejaring sosial yang kepopulerannya bahkan
mampu menyaingi Google di ranah dunia maya. Dan sebagai akibat
perkembangan teknologi, akses internet tidak lagi harus melalui PC
atau laptop, saat ini dapat dilakukan melalui ponsel. Sehingga, yang
menerima berkah terbesar tentu saja Google, Facebook yang semakin
mudah diakses. Bahkan, dari ponsel low end yang berharga murah juga
dapat mengakses asalkan telah dilengkapi dengan GPRS. Ini membuat
jangkauan kedua situs tadi mampu menjangkau ke berbagai belahan dunia
dimana mayoritas pengguna ponsel kebanyakan adalah pengguna ponsel low
end. Dengan berfokus pada bidang tertentu yang banyak dibutuhkan oleh
pasar / orang banyak maka terciptalah keunggulan secara alami.
Selanjutnya yang menjadi kunci kedua adalah jeli membaca pasar.
Mengerti kebutuhan,kemauan pasar. Dalam bidang yang seolah-olah
pemainnya sudah sesak dan dikuasai oleh pemain kuat sebenarnya tetap
ada celah yang dapat ditembus. Apple menelurkan i-Phone setelah
kesuksesan pemutar musik portable i-Pod. Pasar memerlukan pemutar
musik yang multifungsi,multimedia, yang dapat digunakan untuk
menelpon,browsing internet, dan memutar film serta mendengarkan musik.
Untuk pasar yang demikian sudah ada pemain besar seperti Nokia, Sony
Ericcson, Samsung dan lain-lain dengan ponsel multimedia
masing-masing.
Namun, dari semua pemain tersebut anehnya tidak ada yang serius
menggarap ponsel multimedia layar sentuh yang nyaman digunakan bahkan
dengan sentuhan jari. Inilah yang sebenarnya dibidik oleh Apple
melalui i-Phone. Dan hasilnya adalah i-Phone laris manis di pasar
meskipun dijual dengan harga yang tidak murah. Pada saat
peluncurannya, i-Phone 3GS sebagai generasi terbaru i-Phone sudah
mampu menembus angka penjualan 1 juta unit dalam waktu 3 hari.
Hal yang sama juga dialami oleh RIM dengan Blackberry-nya. Pada
awalnya membidik pasar korporat dan bisnis dengan layanan pushmail
yang bisa terima kirim email langsung dari ponsel. RIM menjual layanan
sekaligus perangkatnya meskipun dalam perkembangannya smarphone dari
vendor lain (Nokia, misalnya) juga dapat digunakan untuk berlangganan
layanan internet Blackberry. Pengguna perangkat dan layanan Blackberry
kemudian berhasil merambah pengguna yang lebih luas. Akan tetapi,
untuk i-Phone dan Blackberry yang berasal dari kasta smartphone
sebenarnya pada awalnya ditujukan untuk pengguna yang smart.
Kemudian,akibat publisitas yang cerdik dan perkembangan teknologi
jaringan telekomunikasi, trend yang terjadi kemudian adalah pengguna
smartphone tidak semata pengguna yang smart melainkan juga pengguna
yang belum tentu smart. Kok bisa ? Tentu saja bisa, karena ternyata
menurut anggapan konsumen yang tidak smart itu tadi, dengan memiliki
perangkat smartphone akan membuat mereka kelihatan smart dan gaya.
Meskipun perangkat smartphone itu tidak digunakan secara maksimal.
Biarpun harganya tidak murah. Yang penting kelihatan gaya dan keren.
Untuk pasar yang seperti ini jelas bukan semata logika yang bermain
melainkan emosi. Sehingga disini jelas perlu jeli memenuhi kebutuhan
pasar dengan inovasi yang belum dijamah oleh pemain sebelumnya yang
sudah ada.
Lalu yang menjadi kunci ketiga adalah menggabungkan kekuatan alias
kerjasama. Setelah fokus dan menjadi pemain yang kuat dan
diperhitungkan di bidang masing-masing maka perlu mencari sekutu guna
memaksimalkan kekuatan dan meminimalkan kelemahan untuk dapat terus
berkembang dan menjadi pemain bisnis yang tangguh. Nokia menggandeng
Intel. Nokia produsen ponsel. Intel produsen prosesor. Keduanya telah
sepakat untuk bekerjasama. Gabungan dari kedua pemain yang merupakan
pemain pasar terbaik di bidangnya masing-masing tersebut jelas akan
memiliki serta menjanjikan potensi yang sangat hebat. Bisa dibayangkan
kira-kira bagaimana hasilnya ponsel cerdas yang dapat dihasilkan dari
kolaborasi keduanya. Bagi yang paham teknologi bahkan yang awam
sekalipun, ponsel Nokia dengan prosesor Intel di dalamnya dapat
menjadi jaminan mutu yang dinanti oleh pasar. Penggabungan kekuatan
kedua raksasa tersebut jelas akan menghasilkan kekuatan yang lebih
besar lagi.
Dan sebagai kunci keempat adalah tiru dan modifikasi. Meskipun bukan
yang pertama bukan berarti peluang menang tidak ada. Pemain yang
datang kemudian punya peluang mengalahkan pemain yang sudah ada.
Pangsa pasar dari situs search engine atau mesin pencari merupakan
salah satu jenis situs yang memiliki prospek cerah. Itu sebabnya
Microsoft kelihatan ngotot untuk meluncurkan situs mesin pencari Bing
untuk mengalahkan Google. Keunggulan dari Bing tersebut terutama
adalah pada kemampuan search engine yang digadang-gadang lebih baik
dari Google dalam hal ketepatan hasil pencarian. Meskipun mengalahkan
Google saat ini masih terasa mimpi bagi Microsoft, Bing sudah berhasil
mengalahkan Yahoo dan menempati posisi kedua dalam pangsa pasar search
engine.
Nokia meluncurkan Nokia Messaging sebagai layanan pushmail tandingan
Blackberry. Meskipun menjadi pemain pendatang baru dalam layanan
pushmail, Nokia memiliki peluang sangat besar untuk mengalahkan
Blackberry karena cakupan ponsel Nokia yang dapat menggunakan pushmail
Nokia Messaging jauh lebih banyak dan berharga lebih rendah dari
ponsel Blackberry. Selain itu pada saat ini Nokia meluncurkan layanan
tersebut secara gratis. Bandingkan dengan Blackberry yang berbayar.
Ambisi Nokia, selain mengalahkan Blackberry adalah menjadikan pushmail
sebagai sarana komunikasi menggantikan SMS.
Microsoft dan Nokia tidak menjadi yang pertama dalam bidang search
engine dan pushmail. Akan tetapi dengan kemampuan sumberdaya yang
dimiliki mereka dapat menerapkan strategi tiru dan modifikasi taktik
pesaing. Terutama dengan cara memberikan sesuatu yang belum diberikan
oleh pemain pendahulu. Tak perlu repot mencari hal baru. Cukup dengan
berusaha memberikan yang lebih baik dan jelas lebih unik.
Dari keempat kunci di atas,yaitu, fokus, jeli membaca pasar dengan
inovasi, menggabungkan kekuatan, tiru dan modifikasi, maka jalan untuk
memenangkan persaingan global itu sebenarnya selalu terbuka lebar.
Tinggal bagaimana menerapkannya agar dapat berhasil guna serta tepat
sasaran. Pasar / konsumen baik lokal maupun global selalu menuntut hal
terbaik yang sesuai dengan nilai uang / waktu yang mereka berikan.
Tidak ada gunanya bicara muluk – muluk tentang sistem ekonomi ini atau
sistem ekonomi itu kalau tak dapat memenuhi keinginan pasar / konsumen
yang semakin bebas memilih. Konsumen sekarang tak lagi dapat dipaksa.
Kalau dipaksa mereka akan lari ke pesaing yang dapat memberikan nilai
lebih. Yang perlu dilakukan adalah menjadi perayu yang tulus sehingga
pasar / konsumen juga akan menerima dengan senang hati tanpa keraguan.
Selamat berbisnis dengan hati.

Penulis adalah guru swasta mengajar di SMA PGRI
Piasak,Kec.Selimbau,Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, Indonesia
(ryandy2009.blogspot.com) (ryandy2008@gmail.com)
HP. 081352471543

Friday, June 19, 2009

Transformasi Bisnis, Pelajaran dari Telkom

Transformasi Bisnis, Pelajaran dari Telkom
Oleh : Riandi

Persaingan bisnis selalu tajam dan keras. Hanya perusahaan dengan
bisnis yang kuat,sehat dan kompetitif yang dapat bertahan. Meskipun
sudah kuat dan sehat serta kompetitif tetap akan ada perubahan
lingkungan usaha yang akan memaksa perusahaan untuk mengubah
bisnisnya agar tetap sesuai. Bila tidak mampu menyesuaikan dengan
perubahan, silahkan minggir karena biasanya keadaan sehat dan kuat
tersebut adalah kondisi masa lalu. Masa sekarang apalagi yang akan
datang jelas akan berbeda. Telkom termasuk perusahaan yang mengalami
hal tersebut. Dari perusahaan yang mempunyai bisnis konvensional
melayani komunikasi dengan telepon tetap, kemudian harus dipaksa untuk
memikirkan ulang bisnisnya karena munculnya era telekomunikasi telepon
bergerak dan internet.
Untungnya Telkom sendiri telah melakukan langkah jitu untuk
menyelamatkan kelangsungan bisnisnya yang tak dapat lagi bergantung
pada telepon tetap yang pada saat ini stagnan bahkan bisa dikatakan
semakin menurun. Karena munculnya era komunikasi bergerak maka Telkom
membuat anak usaha yang khusus bergerak di bidang komunikasi bergerak
yaitu Telkomsel yang khusus bermain di GSM. Langkah ini sukses besar
karena pada saat persaingan komunikasi bergerak sudah demikian panas,
Telkomsel sudah memiliki 75 juta pelanggan dan dengan demikian menjadi
pemimpin pasar komunikasi seluler. Jelas menjadi salah satu penyumbang
terbesar keuntungan bagi Telkom. Kemudian ada juga Telkom Flexi yang
bermain di arena CDMA. Sehingga untuk area komunikasi bergerak Telkom
sudah siap kalau toh akhirnya telepon tetap tidak lagi diminati.
Langkah lain yang diambil Telkom adalah meredefinisi bisnis telepon
tetapnya dari layanan komunikasi suara menjadi layanan data dengan
Telkom Speedy. Pada saat permintaan sambungan telepon rumah semakin
turun, jumlah pelanggan Speedy justru semakin bertambah. Apalagi
dengan jumlah pelanggan Speedy yang terus bertambah hingga mencapai 1
juta orang tentunya ada harapan akan terus bertambah. Dan juga yang
harus diingat, calon pelanggan potensial Speedy adalah dari pelanggan
telepon tetap yang jumlahnya mencapai puluhan juta pelanggan. Ini
artinya ada puluhan juta calon pelanggan komunikasi konvensional yang
berpotensi dialihkan ke layanan komunikasi data karena internet yang
terus tumbuh pesat.
Kemudian untuk menjawab tantangan bisnis yang semakin menggila
ternyata ketahuan bahwa organisasi Telkom sudah kelebihan beban.
Karyawan sudah terlalu banyak sehingga kurang efisien dan membuat
perusahaan menjadi gemuk dan lamban dalam merespon perubahan.
Karyawan Telkom berjumlah 25.000 orang sedangkan Telkomsel hanya 3000
orang tapi dapat menghasilkan keuntungan secara rata-rata lebih besar
dari Telkom yang memiliki karyawan terlalu banyak. Telkom lebih banyak
merugi dalam hal pembayaran gaji dan ongkos operasional karyawan. Tak
terhindarkan memang, jumlah karyawan pun pada akhirnya tetap akan
dikurangi sampai tingkat yang paling efisien dan efektif. Karena
kelebihan karyawan Telkom jadi mirip gadis cantik yang gembrot karena
kebanyakan makan. Apa boleh buat agar dapat tampil menarik lagi tentu
harus usaha agar dapat menjadi ramping dan menarik. Intinya adalah
perampingan. Dana 800 miliar yang hampir mendekati angka 1 triliun pun
disiapkan untuk pesangon karyawan yang ingin berhenti secara sukarela
dengan sistem pensiun dini maupun yang memang harus di PHK. Jumlah
sekian tentu hanyalah kerugian sementara yang nilainya sebenarnya
kecil bila dibandingkan dengan kerugian jangka panjang yang akan
dialami Telkom apabila harus terus mempertahankan karyawan yang tidak
produktif. Lebih baik rugi sedikit daripada terus mempertahankan
karyawan yang justru berpotensi memberikan kerugian yang lebih besar
lagi di masa depan. Ini adalah salah satu langkah berani yang harus
diambil Telkom secara konsisten bila ingin terus maju dalam persaingan
bisnis .
Tentu saja kalau urusan PHK karyawan bukan cuma Telkom sendiri yang
harus melakukan hal tidak mengenakkan tersebut. Banyak perusahaan
kelas dunia pun terpaksa dan sering melakukan hal tersebut. Sebut saja
sebagai contoh adalah Google, Nokia, Facebook, bahkan Microsoft pun
juga melakukannya. Itu adalah hal yang lumrah. Pilihan sulit memang.
Tapi memang tenaga kerja menjadi salah satu biaya terbesar perusahaan
dimana dengan teknologi yang semakin maju, bisnis yang efisien adalah
bisnis yang padat teknologi bukan bisnis padat karya. Karena dengan
teknologi banyak pekerjaan yang dulunya dilakukan manusia kini telah
digantikan dengan teknologi. Bisnis jaman sekarang dapat dijalankan
dengan semakin sedikit orang atau karyawan.
Dalam kasus ini Telkom termasuk perusahaan yang beruntung. Dari
perusahaan yang dulunya berjaya karena monopoli secara alami, kemudian
dapat terus eksis meskipun terjadi perubahan bisnis dimana pemain
lebih dari satu sehingga tidak bisa lagi menikmati manisnya monopoli.
Sehingga, dari beberapa langkah Telkom yaitu membuat anak usaha,
meredefinisi bisnis konvensionalnya sampai perampingan karyawan ada
pelajaran utama yang dapat ditarik. Pelajaran tersebut adalah
transformasi bisnis yang tepat dan jitu akan berguna membantu setiap
perusahaan dalam menghadapi  tantangan bisnis di masa depan.
Lingkungan berubah. Pesaing juga berubah. Keinginan konsumen akan
kepuasan yang harus dipenuhi juga semakin tinggi. Tidak bisa
menggunakan standar lama. Hanya transformasi bisnis yang sesuai yang
dapat membuat perusahaan dapat bertahan serta terus tumbuh dan
berkembang karena bila tidak bertransformasi jelas akan mati dengan
sendirinya. Sudah hukum alam jika tidak tumbuh atau berubah maka akan
mati dengan sendirinya. Tentu tak ada pelaku bisnis baik perusahaan
bahkan individu yang ingin mengalami hal demikian. Semua ingin
bisnisnya dapat berlangsung selama mungkin. Berubahlah sebelum dipaksa
berubah.


Riandi (ryandy2009.blogspot.com) (ryandy2008@gmail.com)
Penulis adalah guru swasta mengajar di SMA PGRI Piasak,Selimbau,Kapuas
Hulu,Kalimantan Barat,Indonesia.
HP. 081352471543

Friday, June 5, 2009

Menaklukkan krisis ekonomi dengan teknologi

Menaklukkan Krisis Ekonomi dengan Teknologi
Oleh : Riandi

Krisis ekonomi melanda AS dan kemudian pelan tapi pasti berlanjut
secara global. Hingga saat ini belum ada tanda-tanda pemulihan. Hanya
perasaan optimisme yang membuat mampu bertahan menghadapi krisis
tersebut. Menurut kompas penyebab dari krisis ekonomi AS adalah
penumpukan hutang nasional yang mencapai 8.98 triliun USD, pengurangan
pajak korporasi, pembengkakan biaya perang Irak dan Afghanistan, dan
yang paling krusial adalah Subprime Mortgage. Kerugian surat berharga
property sehingga membangkrutkan Lehman Brothers, Merryl Lynch,
Goldman Sachs, Northern Rock,UBS, Mitsubishi UF.
Kemudian baru-baru ini General Motors sebagai perusahaan pembuat mobil
terbesar Amerika juga menyatakan diri bangkrut. Berkas permohonan
bangkrut setebal 11 bab itu merupakan sejarah kebangkrutan terbesar
ketiga di Amerika setelah runtuhnya lembaga keuangan Lehmann Brothers
dan raksasa telekomunikasi WorldCom. Angka penjualan GM menurun
drastis akibat dampak krisis keuangan global dan perusahaan itu
memperoleh bantuan pemerintah sebesar US$ 20 miliar.
Lantas bagaimana dengan di Indonesia? Krisis keuangan yang menimpa
Amerika jelas juga berdampak di Indonesia, seperti harga rupiah yang
terus melemah, IHSG yang juga tidak sehat, ekspor diperkirakan juga
menjadi terhambat karena perusahaan- perusahaan AS akan melakukan
politik banting harga. Sehingga banyak yang pesimis bahwa krisis
ekonomi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997/98 akan terjadi
lagi.
Akibat krisis ekonomi yang paling merasakan dampaknya adalah para
karyawan perusahaan yang terkena imbas krisis ekonomi. PHK tak
terhindarkan lagi. Pengurangan karyawan secara besar-besaran dilakukan
oleh perusahaan-perusahaan raksasa. Terjadi pengangguran dimana-mana.
Langkah ini sudah jelas pasti akan terjadi cepat atau lambat karena
pertumbuhan karyawan perusahaan-perusahaan itu terjadi karena pasar
yang tumbuh. Ketika pasar menurun dan terus menurun secara tak pasti
pendapatan perusahaan pun terus menurun sehingga PHK tak terhindarkan
lagi dengan alasan utama penyelamatan perusahaan.
Kemudian akibat lain dari krisis tersebut adalah lemahnya daya beli
konsumen sehingga jelas banyak produk yang tidak atau kurang laku di
pasar. Konsumen sedang kekurangan uang sehingga pikir-pikir dan
pilih-pilih untuk membelanjakan uangnya. Penjualan menurun sudah tentu
akibatnya keuntungan juga menurun bagi bisnis. Terjadi efek beruntun
yang mirip dengan riak gelombang di air. Yang kalah tidak hanya
perusahaan kecil, yang besar-besar pun juga banyak yang terhantam
krisis. Ada yang masih bertahan. Banyak yang telah melempar
handuk,bangkrut. Akan tetapi meskipun banyak yang kalah tetap ada yang
menang di saat krisis. Apple dengan i-Phone, RIM dengan Blackberry
merupakan yang menang di saat krisis. Malah memperoleh keuntungan
besar karena i-Phone dan Blackberry laris manis di saat krisis.
Meskipun banyak yang pesimis, rasa optimis itu tetap selalu ada. Bill
Gates memiliki keyakinan kuat bahwa krisis ekonomi dapat ditaklukkan
dengan teknologi. Bill Gates juga menyatakan keyakinannya bahwa kita
baru berada pada tahap permulaan revolusi teknologi informasi. Itu
artinya kesempatan untuk melakukan inovasi pada saat ini malah lebih
besar dari sebelumnya. Optimisme tersebut bukan optimisme kosong.
Dengan teknologi jelas banyak hal yang dapat dilakukan untuk menunjang
proses pemulihan bahkan pertumbuhan di saat krisis ekonomi.
Hal pertama yang menjadi sebab keunggulan teknologi untuk menaklukkan
krisis adalah marketing dengan biaya rendah. Dengan teknologi
informasi maka salah satu unsur dari bisnis yaitu marketing dapat
dilakukan dengan biaya yang lebih rendah dengan daya jangkau yang
sangat luas. Internet merupakan teknologi yang justru makin pesat
perkembangannya karena krisis. Internet memiliki jangkauan yang lebih
luas dari media konvensional seperti televisi dan koran. Pada saat ini
ketika anggaran untuk hal lain turun justru kebutuhan untuk memperoleh
informasi semakin besar. Orang justru makin tertarik mengakses
informasi tentang krisis ekonomi dan berbagai hal lainnya lewat
internet.
Resesi ekonomi memaksa sebagian rumah tangga memperkencang ikat
pinggang. Namun berdasarkan penelitian terbaru bertajuk Digital
Families Report yang dibesut operator mobile O2, sekitar 11 juta
keluarga di Inggris lebih memilih mengorbankan makanan untuk dihemat
ketimbang internet. Barangkali karena sudah terlanjur cinta mati pada
dunia maya, banyak keluarga di Inggris tak rela menghemat pengeluaran
untuk internet. Malah mereka lebih memilih mengorbankan pengeluaran
untuk makanan saja. Perusahaan-perusahaan pun demikian. Ada kesadaran
bahwa informasi merupakan hal yang sangat perlu untuk dapat terus
bertahan bahkan tumbuh melewati krisis. Anggaran untuk IT tidak
berkurang bahkan banyak yang meningkatkannya agar tetap mampu
bersaing. Dengan demikian untuk memasarkan produk menjadi semakin
mudah dengan biaya yang semakin murah serta jangkauan yang semakin
luas.
Hal kedua yang menjanjikan dari teknologi adalah dengan informasi yang
memadai maka kemampuan bagi bisnis untuk mengerti kebutuhan konsumen /
trend juga semakin tajam dan presisi. Terutama lewat internet dapat
diketahui apa yang paling sering dicari orang sebagai trend yang dapat
diantisipasi dan dijadikan prediksi. Salah satu keunggulan Research In
Motion dengan Blackberry adalah layanan pushmail. Konsumen sejati
Blackberry adalah yang mengerti teknologi mempunyai keinginan untuk
dapat menerima dan mengirim email dari ponsel yang praktis. Tanpa
perlu komputer lagi. RIM mengerti kebutuhan ini dan menyediakan ponsel
sekaligus layanan pushmail nya. Konsumen merasakan kemudahan terima
kirim email lewat ponsel Blackberry tanpa harus konek ke internet
lewat komputer atau laptop yang masih kurang praktis. Terima kirim
email dimana saja kapan saja semudah terima kirim SMS menjadi hal yang
diinginkan konsumen. Karena RIM mengerti kebutuhan konsumen tersebut
jelas tidak heran kalau ponsel Blackberry yang meskipun harganya tidak
bisa dikatakan murah alias mahal laris diserbu pembeli. Padahal lima
tahun yang lalu ketika email belum booming, menjual perangkat
Blackberry susahnya setengah mati. Kalau sekarang lain cerita. RIM
sedang menikmati kemenangannya. Bahkan dapat menggerogoti pangsa pasar
ponsel cerdas Nokia.
Menghadapi Blackberry, satu hal yang merupakan ancaman serius
dilancarkan oleh Nokia. Benar-benar ancaman serius karena Nokia pun
akhirnya menyediakan layanan pushmail secara gratis. Kemudian dari
pilihan ponsel yang dapat menggunakan layanan pushmail ovi mail dari
Nokia tadi demikian luar biasa. Mengapa luar biasa, karena pushmail
Nokia dapat digunakan pada ponsel low-end berbasis java J2ME Nokia
yang harganya relatif murah meriah. Hanya menggunakan ponsel murah
sudah dapat terima kirim email langsung dari ponsel. Apalagi dengan
ponsel mid-end dan high-end Nokia bersistem operasi terbuka Symbian
yang harganya bahkan masih lebih murah dari Blackberry, fungsi
pushmail lebih maksimal. Disini jelas strategi baru Nokia itu
berpotensi besar untuk menumbangkan kejayaan Research In Motion
sebagai produsen Blackberry. Dua hal yang tak dimiliki Blackberry yang
diserang langsung oleh Nokia. Yaitu, layanan pushmail gratis dan
ponsel pendukung yang murah. Sedangkan pushmail Blackberry tidak
gratis alias berbayar dengan cara berlangganan lewat operator. Belum
lagi harga ponsel Blackberry yang tidak murah. Dua faktor itu tadi
yang dengan jitu ditembak oleh Nokia. Jelas untuk ke depan nanti
justru RIM yang akan kerepotan bersaing melawan Nokia.
Hal ketiga yang menjadikan teknologi sebagai primadona di tengah
krisis ekonomi adalah efisiensi, penghematan, efektifitas operasional.
Bisnis yang lebih hemat energi, hemat peralatan dan dapat beroperasi
lebih cepat,sehingga hemat biaya menjadi salah satu faktor penentu
untuk bertahan, tumbuh di saat krisis. Sudah tidak masanya lagi bisnis
yang tambun, tidak efisien, boros dan lamban untuk terus hidup.
Meskipun memang pada saat sebelum krisis banyak bisnis yang demikian.
Karena pertumbuhan ekonomi yang bubble mengakibatkan banyak bisnis
yang terkatrol. Entah itu karena pasar itu sendiri ataupun karena
proteksi politik. Terjadinya krisis akan menunjukkan siapa sebenarnya
yang berbisnis dan siapa yang cuma sebagai penggembira. Bisnis yang
tidak layak akan mati sendiri. Krisis ekonomi yang terjadi telah
menyingkap kebobrokan yang ada. Sedangkan bisnis yang memang layak
akan terus tumbuh. Pasar yang menerima. Bukan akibat katrolan dari
politik yang dipaksakan.
Pada akhirnya baik itu individu maupun organisasi bisnis akan
dihadapkan pada pilihan mau tidak mau harus menggunakan teknologi
untuk dapat bertahan serta tumbuh di tengah krisis ekonomi. Jika masih
terpaku pada cara lama pola pikir lama maka sudah jelas akan terlindas
oleh krisis yang kejam dan tak kenal ampun ini. Pilihan terdapat
individu serta organisasi itu sendiri untuk lebih memaksimalkan
teknologi guna menaklukkan krisis ekonomi.

Riandi (ryandy2009.blogspot.com) (ryandy2008@gmail.com)
Penulis adalah guru swasta mengajar di SMA PGRI Piasak, Selimbau,
Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, Indonesia
Hp. 081352471543

Wednesday, May 27, 2009

Keberanian Untuk Berubah

KEBERANIAN UNTUK BERUBAH
Oleh : Riandi

Perubahan yang terjadi demikian cepat memaksa orang maupun organisasi
untuk berubah. Perubahan terjadi di berbagai bidang baik itu ekonomi,
politik, teknologi maupun sosial. Setiap saat setiap waktu ada saja
yang berubah. Perubahan itu sendiri mirip dengan arus deras yang
mengalir. Jika diam maka akan hanyut terbawa arus. Harus terus
bergerak agar tidak terbawa arus. Agar dapat terus sesuai dengan
perubahan itu tadi maka diperlukan kemauan dan kemampuan bagi individu
ataupun organisasi untuk berubah. Namun meskipun yang namanya
perubahan itu begitu mudah untuk dikatakan tetapi relatif sulit untuk
dilaksanakan.
Google sebagai search engine terbesar pada saat ini bisa saja
terancam oleh Facebook. Meskipun Google telah berhasil mengalahkan
Yahoo dan Microsoft di bidang mesin pencarian namun ancaman situs
jejaring sosial semacam Facebook yang semakin membesar suatu saat bisa
saja mengalahkan Google. Facebook baru saja merayakan keberhasilannya
merekrut anggota hingga 200 juta orang. Siapa yang menyangka Facebook
bisa berkembang sedemikian pesat. Kalau orang-orang Google tidak siap
dengan perkembangan ini mungkin bisa saja Google akan mengalami nasib
yang sama seperti Yahoo yang telah dikalahkannya.
Seringkali timbul pertanyaan untuk menghadapi perubahan itu sebenarnya
apa sih yang diubah? Pada dasarnya ada tiga hal yang perlu diubah.
Yang pertama adalah pola pikir. Bagaimana cara memandang persoalan.
Terkait dengan isi di dalam kepala. Situasi yang berbeda membutuhkan
cara pandang, cara berpikir yang berbeda. Tak bisa dipukul rata. Lain
persoalan bisa jadi lain pola pikir yang diperlukan. Itu artinya perlu
belajar hal-hal yang baru. Berpikir berbeda untuk hal yang baru.
Seperti kasus Google tadi, meskipun mungkin tidak semua tapi pasti ada
diantara orang-orang di Google yang dihinggapi oleh rasa puas diri.
Ada perasaan puas karena berhasil mengalahkan Yahoo dan Microsoft di
mesin pencari. Sehingga akan timbul perasaan Google tak mungkin
dikalahkan. Kalau di bidang mesin pencari mungkin benar tapi jika
lewat situs jejaring sosial maka akan lain ceritanya. Karena ternyata
trend orang mengakses internet pada saat ini adalah mengakses situs
jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, Friendster dan lain-lain.
Lebih banyak waktu dihabiskan untuk membuka situs-situs pertemanan
tersebut. Jika tidak ingin dikalahkan oleh Facebook maka Google harus
siap-siap berpikir tidak hanya sebagai situs mesin pencari namun juga
berpikir seperti situs jejaring sosial itu tadi.
Selanjutnya yang kedua yang perlu diubah adalah tindakan. Lain
situasi, kondisi tentu membutuhkan tindakan yang berbeda. Tidak sama
dengan sebelumnya. Tindakan yang berbeda terasa aneh pada awalnya.
Sehingga bertindak untuk berubah itu menjadi berat. Kalau untuk
perusahaan raksasa seperti Google sebenarnya bukanlah hal yang sulit.
Apalagi dari pengalaman panjang mengalahkan para pesaingnya Google
dapat saja melakukan suatu tindakan telak untuk menghantam situs
jejaring sosial. Apalagi Google terkenal karena berbagai layanannya
yang inovatif. Jika harus menambah satu lagi bidang inovasi yang mirip
dengan situs jejaring sosial bukanlah hal yang mustahil bagi Google.
Perubahan terakhir yang perlu dilakukan adalah perubahan lingkungan.
Meskipun cara pikir dan tindakan sudah tepat kalau lingkungan kurang
sesuai maka hasilnya tidak bisa maksimal. Benih yang tumbuh di tempat
yang kurang subur tentu berbeda hasilnya bila dibandingkan dengan
benih yang tumbuh di tempat yang subur. Pada saat ini dunia sedang
berada dalam krisis ekonomi. Lingkungan ekonomi dunia sebagai dasar
bagi bisnis sedang dalam kondisi tidak subur bagi perkembangan bisnis.
Namun itu bukan berarti bahwa tidak ada harapan. Tetap saja ada
bidang-bidang yang dapat terus berkembang meskipun krisis sekalipun.
Lingkungan yang subur dapat dicari bahkan diciptakan.
Pada dasarnya untuk berubah itu hanya perlu keberanian. Lalu timbul
pertanyaan, jika memang hanya perlu keberanian mengapa tidak berani
berubah? Hal pertama yang menyebabkan perubahan itu sulit terutama
karena ada resiko,yaitu perubahan itu belum tentu menyebabkan
keberhasilan, tak pasti. Bahkan bisa jadi gagal total dibuatnya. Sudah
sejak lama ada tekanan bahwa sistem operasi Windows dari Microsoft itu
terlalu mahal sehingga menimbulkan pertambahan ongkos yang berlebihan
bagi bisnis. Sistem operasi gratis seperti Linux kemudian dikembangkan
dan dikampanyekan secara gencar. Secara teori penggunaan sistem
operasi gratis akan memangkas biaya, tapi kenyataan yang terjadi
adalah justru timbul masalah efisiensi. Banyak software hanya
kompatibel terhadap Windows tapi tidak kepada Linux. Kemudian masalah
kebiasaan pengguna yang perlu membiasakan diri menggunakan Linux yang
membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Pada akhirnya justru ada biaya
tak terduga yang justru lebih besar dari sekedar penghematan yang
didapat. Akhirnya ya balik lagi ke
Windows.
Kemudian hal selanjutnya yang merupakan masalah klasik adalah
perubahan itu melanggar zona kenyamanan. Mengubah cara pikir,
tindakan, lingkungan bukanlah hal yang nyaman untuk dilakukan. Perlu
proses penyesuaian. Dan itu perlu waktu. Menanggung rasa tidak nyaman
selama waktu yang tak dapat ditentukan itulah yang membuat berubah itu
sulit. Dan selama proses itu tadi selalu memunculkan efek tak terduga
baik yang diharapkan maupun yang tidak.
Untuk memunculkan keberanian maka dapat dilakukan dengan mempersiapkan
tiga hal dari hal yang perlu diubah di atas. Pola pikir merupakan
salah satu sumber keberanian. Pola pikir dapat dibentuk dengan
informasi memadai. Siap dengan informasi karena informasi yang memadai
dapat menjadi peta jalan pemandu perjalanan. Kalau peta jalan sudah
diketahui tentu akan timbul keyakinan. Meskipun harus berjalan
melewati jalan yang gelap dan berkabut. Dengan informasi yang memadai
tentunya kejutan-kejutan yang mungkin timbul selama perjalanan akan
siap diantisipasi. Apalagi dengan kemudahan mencari informasi lewat
internet informasi yang diperlukan sudah tersedia melimpah. Tinggal
bagaimana mengolahnya saja. Tinggal tergantung kepada penafsiran.
Selain pola pikir tindakan menjadi hal selanjutnya yang perlu
diperhatikan. Berani berubah yang artinya berani mengambil resiko
didapat dari kebiasaan. Jika terbiasa berubah maka untuk berubah akan
mudah, jika tidak terbiasa berubah maka berubah itu menjadi hal sulit.
Kemudian ada yang namanya lingkungan sebagai faktor lain yang perlu
diubah. Lingkungan yang mendukung perlu dicari. Jika tidak ditemukan
maka lingkungan tersebut perlu diciptakan.
Meskipun sudah tahu bahwa perubahan itu perlu tetap saja ada individu
atau organisasi yang hanya berubah di pola pikir saja. Hanya sebatas
konsep. Jika demikian maka pola pikir tanpa tindakan namanya
angan-angan. Jika tanpa tindakan tak ada hasil yang diperoleh.
Meskipun teori dan konsep yang diketahui demikian canggih. Ini
biasanya terjadi justru karena terlalu banyak informasi yang diperoleh
sehingga mengakibatkan kebingungan. Kelumpuhan analisis tidak berani
bertindak karena bayangan yang muncul dari informasi yang diperoleh
begitu mengerikan, menakutkan sehingga malah membuat surut langkah.
Berlawanan dengan kelumpuhan analisis ada yang bertindak tanpa
pengetahuan yang memadai sama sekali. Untuk apa repot-repot
mengumpulkan informasi kalau hasilnya sama saja demikian pikir mereka.
Pokoknya hantam saja. Soal hasil dan resiko itu urusan belakangan.
Makanya jangan heran kalau kegagalan juga menunggu. Tindakan tanpa
pola pikir ini sama dengan sembrono/ gegabah. Meskipun ada hasil namun
tidak maksimal. Karena hanya mengandalkan keberuntungan semata. Lebih
mirip dengan judi. Nasib terlalu mahal harganya kalau dijadikan ajang
pertaruhan perjudian yang tak jelas. Dengan demikian perlu seimbang
antara keduanya. Keberanian bertindak untuk berubah yang
diperhitungkan secara masak dengan tindakan berani.
Apabila telah berani bertindak untuk berubah maka bagaimanapun
kecilnya selalu ada hasil dari keberanian untuk berubah. Dalam setiap
perubahan pasti ada peluang. Ini disebabkan karena perubahan itu
sendiri mengakibatkan timbulnya hal-hal baru. Terutama untuk
menyongsong peluang dari perubahan. Peluang yang hanya bisa
dimanfaatkan apabila telah siap. Dan kesiapan itu kadang memerlukan
perubahan.
Apabila telah berubah maka pesaing akan kebingungan untuk mengikuti.
Nokia menurunkan harga ponsel cerdasnya seperti E71 dan 5800 Xpress
Music untuk menghadapi persaingan melawan Apple i-Phone, RIM
Blackberry serta HTC. Sedikit banyak langkah yang diambil Nokia akan
membuat pesaingnya berpikir panjang untuk terus meletakkan harga
terlalu tinggi. Kemudian karena bermain harga di kelas menengah maka
konsumen yang mencari ponsel cerdas canggih dengan harga terjangkau
juga akan dapat dipikat. Apalagi di zaman krisis, konsumen akan lebih
berpikir untuk membelanjakan uangnya secara bijaksana. Ponsel cerdas
bermerek yang berharga terjangkau dari Nokia dapat menjadi ancaman
serius bagi ponsel kelas menengah yang tidak mempunyai fitur setangguh
Nokia. Dengan demikian prinsip satu langkah di depan pesaing karena
berani berubah menjadi penentu kemenangan di era perubahan. Lebih baik
berani berubah sebelum dipaksa untuk berubah.

Riandi (ryandy2009.blogspot.com) (ryandy2008@gmail.com)
Penulis adalah guru swasta mengajar di SMA PGRI Piasak, Selimbau,
Kapuas Hulu, Kalimantan Barat,Indonesia
HP. 081352471543

Monday, May 11, 2009

Geliat Ponsel China, Siapa yang Untung Siapa yang Buntung?

Ponsel China di awal kemunculannya tidak dipandang sebelah mata oleh
merek ternama seperti Nokia, LG, Samsung, Motorola, RIM, Apple, Sony
Ericcson dan lain-lain. Tidak dianggap sebagai ancaman. Bahkan
dianggap lelucon saja. Produk peniru. Mirip dengan kasus produk buatan
Jepang dulu. Kemudian, seiring dengan kemajuan teknologi, basis
produksi pabrik merek ternama yang sudah berada di China, SDM murah
dan berkualitas maka sudah bukan rahasia umum lagi bahwa 8 dari 10
ponsel dunia diproduksi di China. Merek ternama kebanyakan hanya
tinggal tempel merek saja. Jika sudah demikian pasti akan akan timbul
rasa percaya diri oleh manufaktur ponsel di China dan tentunya
terpikir untuk mencoba peruntungan dengan memproduksi ponsel sendiri
dengan merek sendiri atau bahkan menjual tanpa merek karena
teknologinya sudah mereka kuasai.
Hal tersebut dapat disaksikan sendiri melalui ponsel China yang masuk
pasar global secara umum atau masuk ke pasar Indonesia secara khusus.
Ada yang legal. Baik itu impor langsung dengan mereknya sekalian, atau
ditempeli merek lokal. Kemudian ada juga yang secara ilegal dimana
ponsel jenis ini disebut ponsel bandit (Shanzai). Karena istilah
shanzai itu sendiri berarti penjahat yang baik hati. Seperti Robin
Hood kalau dalam cerita Barat. Ini yang luar biasa karena hanya dengan
karyawan kurang dari 10 orang sudah dapat memproduksi ponsel.
Bandingkan dengan ponsel ternama yang setidaknya perlu ribuan
karyawan. Atau minimal ratusan karyawan.
Lawannya adalah merek ternama. Nokia, LG, Samsung, Motorola, RIM,
Apple, Sony Ericcson dan lain-lain. Bermain di kelas low-end (harga
murah teknologi sederhana), mid-end (harga sedang teknologi sedang),
dan high-end (harga tinggi teknologi tinggi) pun ada. Karena pemainnya
banyak sudah jelas akibatnya adalah ada yang tersingkir, bertahan,
atau terus maju. Tidak hanya produsen ponsel China itu sendiri, bahkan
produsen ponsel merek ternama pun mengalami kerugian di saat krisis
ekonomi 2009 ini. Sampai-sampai ada yang hampir bangkrut. Namanya
bisnis, itu adalah hal yang lumrah-lumrah saja.
Tetapi bagaimanapun juga, strategi keunggulan biaya tetap merupakan
salah satu strategi yang ampuh digunakan ketika situasi ekonomi sedang
krisis global. Daya beli lemah. Konsumen pikir-pikir untuk
membelanjakan uangnya. Jelas, konsumen ingin mencari barang
semurah-murahnya dengan nilai yang setinggi-tingginya.Kelebihan
strategi ini adalah yang pasti pilihan konsumen jadi lebih banyak.
Konsumen benar-benar dimanja. Tinggal memilih mana yang sesuai dengan
kebutuhan atau keinginan. Kemudian kelebihan lainnya adalah penetrasi
pasar relatif mudah. Karena harganya murah. Keraguan konsumen akan
mutu juga dapat ditepis. Dengan cara mencoba dulu. Konsumen akan
berpikir bahwa dengan harga murah bila ada kejadian apa-apa juga rugi
tidak terlalu banyak. Bila ternyata konsumen yang sudah mencoba
menemukan dan sudah membuktikan bahwa ponsel murah tersebut ternyata
tidak murahan maka akan terjadi promosi dari mulut ke mulut.
Keunggulan ponsel dipromosikan oleh konsumen yang puas. Jelas, inilah
sebenarnya promosi yang paling ampuh. Dan akhirnya konsumen menjadi
percaya sehingga sudah pasti akan terjadi pembelian berikutnya.
Kekurangan dari strategi ini juga pasti ada. Dapat keuntungan yang
hanya sedikit itu sudah jelas karena harga murah. Namun karena
targetnya adalah penetrasi pasar, membiasakan konsumen dengan produk
maka meskipun untung hanya sedikit tidak jadi persoalan. Hitung-hitung
promosi. Diharapkan bila konsumen puas maka akan terjadi efek viral
dimana konsumen yang puas ini akan mengajak konsumen lain untuk
membeli. Biar untung sedikit, tapi kalau volume penjualan besar maka
akhirnya bisa untung besar juga.
Yang namanya barang baru tentu saja masalah klasik yang timbul adalah
masalah after sales yang lemah. Ponsel termasuk barang elektronik yang
memerlukan berbagai suku cadang. Casing, baterai merupakan elemen
pokok dari ponsel yang menunjang masa pakai ponsel. Meskipun pemakaian
sudah hemat sekalipun, casing dan baterai ponsel tetap akan aus
dimakan usia. Belum lagi elemen-elemen lain dari ponsel yang bisa jadi
akan mengalami kerusakan. Jika suku cadang tersedia, tempat servis ada
tentu tidak jadi persoalan. Tapi kalau tidak tersedia tentu runyam
urusannya. Ponsel yang seharusnya bisa dipakai dalam jangka waktu yang
agak panjang malah jadi barang rongsokan karena ketiadaan suku cadang.
Akibatnya adalah mimpi buruk. Komentar buruk dari konsumen yang kecewa
yang pasti tersebar dari mulut ke mulut. Atau setidaknya konsumen yang
kecewa menjadi jera untuk membeli produk sejenis. Efeknya bisa kena
pada merek ponsel China yang benar-benar menjaga mutu. Kena pukul
rata.
Dari fenomena ponsel murah berkualitas dari China pada awalnya mungkin
tidak ada tindakan ketika penjualan ponsel ternama masih bagus. Pada
waktu ponsel merek ternama dipalsukan misalnya dengan memberikan nama
yang mirip-mirip, misalnya, Samsung menjadi Sumsung, atau Nokia
menjadi Nckia, baik pihak produsen ponsel ternama atau konsumen akan
senyum-senyum saja. Ada-ada saja akal orang-orang China tersebut pikir
mereka. Namun, akibat krisis ekonomi global dan penjualan ponsel
ternama mengalami penurunan maka ceritanya akan lain. Langkah secara
hukum pasti akan dilakukan. Misalnya dengan menekan pemerintah China
untuk menindak produk bajakan. Alasannya adalah pelanggaran hak cipta.
Meskipun sebenarnya ini kurang efektif. Karena bagi pemerintah
China, produk ponsel murah yang mampu bersaing adalah suatu kebanggaan
tersendiri. Semangat nasionalisme. Baik itu yang legal maupun yang
ilegal. Meskipun yang ilegal tidak memberikan hasil berupa pajak namun
setidaknya industri tersebut telah mampu memberikan lapangan pekerjaan
bagi banyak penduduk China. Setidaknya akan mampu menolong memacu
pertumbuhan ekonomi. Sehingga dapat dianggap bahwa langkah hukum ini
menjadi langkah putus asa. Karena, meskipun sudah berhasil menindak
ponsel murah bajakan, arah waktu yang telah terlanjur berjalan takkan
dapat diputar balik. Konsumen yang sudah terbiasa pada produk murah
berkualitas sudah terbentuk. Konsumen jadi semakin pintar dan
menuntut. Konsumen akan menuntut barang yang bermutu dengan harga
murah tidak sekedar merek terkenal.
Jadinya, daripada sibuk tuntut-menuntut secara hukum maka justru
langkah lebih terhormat yang dapat dilakukan oleh produsen ponsel
ternama adalah bagaimana menghasilkan produk berteknologi mid-end
bahkan high-end dengan harga yang lebih terjangkau. Jika harga produk
mid-end atau high-end tidak selisih jauh dengan harga produk low-end
dan produknya tersedia di pasar maka sudah jelas konsumen akan akan
lebih memilih produk mid-end atau high-end.
Dengan adanya fenomena ponsel China jelas menguntungkan konsumen.
Karena harga murah kualitas kadang tak kalah dari ponsel ternama.
Konsumen untung. Sedangkan produsen ponsel ternama yang terlanjur
terlena karena sudah lama menikmati keuntungan karena pasang harga
terlalu tinggi akan buntung. Produknya menjadi kurang diminati
konsumen karena konsumen merasa antara harga yang dipasang dengan
nilai yang diberikan tidak sebanding. Jadi untuk apa dibeli meskipun
itu merek terkenal. Sedangkan produk ponsel China sebagai pesaing
mampu menawarkan nilai lebih dengan harga yang jauh lebih murah.
Konsumen sudah semakin pintar, pilihan sudah semakin banyak. Produsen
harus nurut pada kemauan konsumen bila ingin mampu bersaing di saat
krisis global seperti sekarang ini. Saatnya introveksi. Kalau tidak
maka langkah yang perlu dilakukan adalah siap-siap gulung tikar.
Semoga saja tidak terjadi demikian.

Riandi ( ryandy2009.blogspot.com ) ( ryandy2008@gmail.com )
Penulis adalah guru swasta mengajar di SMA PGRI Piasak, Selimbau,
Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, Indonesia

Saturday, May 2, 2009

Sedikit Lebih Baik Dari Pesaing
Oleh : Riandi

Sedikit lebih baik dari orang lain adalah rahasia sukses dalam bisnis,
demikian yang dikatakan oleh almarhum Charles M. Schwab, mantan
pemimpin United States Steel Company. Jika dimodifikasi lebih lanjut
maka orang lain disini bisa diartikan sebagai pesaing. Dalam semua
aspek kehidupan, termasuk bisnis akan selalu terjadi persaingan. Ini
terjadi tentu saja karena ada pesaing untuk merebut, mendapat sesuatu
yang terbatas. Dalam konteks dunia bisnis tujuan yang hendak dicapai
adalah untuk memenangkan persaingan memenangkan hati konsumen. Membuat
konsumen jatuh cinta, loyal dan tentu saja akan terus berurusan,
membeli produk atau jasa yang dihasilkan dari bisnis. Untuk mencapai
itu semua bukanlah hal yang mudah karena ada pesaing yang menimbulkan
persaingan yang mau tidak mau harus dihadapi dan disiasati agar bisa
menang.
Berdasarkan asalnya maka secara garis besar ada dua jenis pesaing yang
umum dihadapi dalam bisnis. Jenis pesaing pertama adalah pesaing
eksternal. ini adalah pesaing paling umum yang biasanya bersifat
langsung. Setiap perusahaan akan menghadapi persaingan dari perusahaan
lainnya. Di kelas ponsel pintar, misalnya, Nokia berhadapan dengan
Apple, Samsung, Sony Ericcson, RIM, Motorola dan lain-lain. Di
persaingan yang seperti ini jelas yang perlu dilakukan untuk menang
bersaing adalah dapat memberikan sesuatu yang lebih tinggi nilainya di
mata konsumen. Research In Motion (RIM) dengan Blackberry-nya saat ini
unggul di penyediaan push mail di saat kompetitornya Nokia justru baru
meluncurkan produk serupa yaitu Nokia Messaging.
Selain menghadapi RIM Blackberry, Nokia juga punya lawan tangguh
lain yang berhasil memukul Nokia yaitu Apple dengan iPhone-nya.
Keunggulan fitur layar sentuh yang sensitif menjadikan iPhone menjadi
ponsel dambaan banyak orang karena faktor kenyamanan penggunaannya. Di
saat pasar ponsel sedang lesu, iPhone malah laku keras. Padahal
harganya tidaklah murah. Langkah Nokia meluncurkan Nokia 5800 Xpress
Music pun belum bisa berbicara banyak untuk menghadapi iPhone dari
Apple. Meskipun harganya lebih murah. Terutama ketika konsumen
membandingkan secara langsung fitur layar sentuh kedua ponsel tersebut
yang memang berbeda kelas. Disini jelas sekali bahwa produsen ponsel
sebesar Nokia pun bisa kewalahan bersaing karena terlambat
mengantisipasi tren baru ponsel yang diusung oleh RIM Blackberry
maupun Apple iPhone. RIM dan Apple berhasil memberikan sesuatu yang
sebenarnya diinginkan konsumen namun belum atau tidak diberikan secara
optimal oleh Nokia. Hanya perbedaan tipis yang justru menimbulkan efek
yang sangat luar biasa.
Jenis pesaing kedua adalah pesaing internal. Selain menghadapi pesaing
eksternal maka dalam bisnis ada juga pesaing internal yang biasanya
bersifat tidak langsung. Biasanya yang menjadi pesaing internal adalah
produk perusahaan itu sendiri yang sudah sukses pada saat ini. Produk
prosesor Intel jika tetap ingin diminati konsumen maka untuk produk
selanjutnya harus lebih baik dari prosesor sebelumnya. Meskipun AMD
dan Via menjadi pesaing namun ukuran pangsa pasar yang berhasil diraih
oleh mereka belum mampu sejajar dengan Intel. Sehingga dengan demikian
Intel justru tidak menghadapi pesaing dari luar seperti AMD dan Via
itu tadi. Justru yang menjadi pesaing Intel adalah produk Intel yang
telah sukses pada saat ini. Agar dapat terus diterima maka produk
Intel selanjutnya harus lebih baik lagi. Jika lebih buruk tentu saja
akibatnya tak akan dilirik oleh konsumen.
Microsoft dengan Windows juga selalu mengusahakan Windows keluaran
selanjutnya lebih baik dari sebelumnya. Apalagi persaingan di sistem
operasi komputer masih di dominasi oleh Windows dari Microsoft. Linux
sebagai sistem operasi pesaing juga belum mampu banyak berbicara.
Penggunaannya juga masih terbatas. Jika Microsoft ingin meluncurkan
sistem operasi Windows selanjutnya sudah pasti sudah jelas yang jadi
bahan perbandingan adalah versi sebelumnya. Hanya tinggal melakukan
penyempurnaan. Jelas, nama besar selain membawa keuntungan untuk lebih
mudah diterima konsumen juga membawa beban untuk terus melakukan,
memberikan sesuatu yang lebih baik jika ingin tetap unggul.
Baik menghadapi pesaing internal maupun internal maka hal pasti yang
perlu dilakukan adalah penyempurnaan. Perbaikan terus-menerus. Akan
tetapi, dalam rangka melakukan penyempurnaan sebenarnya hanya sedikit
hal yang benar-benar baru. Itu kalau dibandingkan dengan produk
sebelumnya. Jika benar-benar baru itu namanya revolusi. Jika
berkembang perlahan-lahan disebut evolusi. Lebih mudah berevolusi
daripada melakukan revolusi. Bahkan kalau dibandingkan dengan generasi
awal, produk evolusi akhir bisa dikatakan sebagai revolusi bagi
penemuan awal. Misalnya pada teknologi prosesor. Bila dibandingkan
dengan produk awalnya maka perbedaannya dengan generasi prosesor
terbaru bisa dikatakan bagai langit dan bumi. Baik dari segi
harga,ukuran maupun kemampuan. Jelas terlihat seperti revolusi. Tapi
jika prosesor generasi terbaru dibandingkan dengan prosesor generasi
sebelumnya maka perbedaannya juga tidak begitu banyak. Terlihat bahwa
generasi baru merupakan evolusi.
Hanya dengan melakukan sedikit lebih baik dari pesaing maka dapat
dihasilkan perbedaan yang mengarah kepada keunikan dan keunggulan.
Pada saat ini bisa dikatakan bahwa strategi yang paling efektif untuk
bisnis adalah dengan cara penyempurnaan, melakukan sedikit lebih baik
secara bertahap. Terutama karena strategi ini ampuh untuk meminimalkan
kecenderungan penolakan konsumen terhadap hal baru meskipun hal baru
tersebut mungkin lebih baik. Lebih banyak berdasarkan kepada yang
sudah ada sebelumnya. Dengan melakukan sedikit lebih baik secara
bertahap maka dapat diharapkan bisnis yang dapat memuaskan konsumen
dapat berlanjut secara kontinyu. Jika bisa berlangsung secara kontinyu
maka kelangsungan bisnis yang menjadi impian semua pebisnis dapat
terwujud dengan mulus. Hasil yang pasti adalah bisnis yang tak ada
matinya.

Riandi
Penulis adalah guru swasta mengajar di SMA PGRI Piasak, Selimbau,
Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, Indonesia
Hp. 081352471543
ryandy2009.blogspot.com

Thursday, April 23, 2009

Strategy Myopia

Strategy Myopia
Oleh : Riandi

Jika diartikan secara harfiah ke Bahasa Indonesia maka strategy myopia dapat diartikan sebagai rabun jauh strategi. Hanya bisa melihat dekat. Mirip dengan kondisi mata yang minus (berkacamata minus), yaitu suatu kondisi di mana mata hanya dapat melihat jelas dalam jangkauan jarak baca (25 cm). Lebih dari jarak tersebut benda yang dilihat terlihat kabur. Strategy myopia biasanya terjadi di dunia bisnis, dan juga kerap kali terjadi di dunia politik. Terjadi karena terlalu fokus pada pesaing di depan dan samping yang berada dekat dalam jarak pandang sehingga melewatkan, mengabaikan pesaing yang terletak di luar jarak pandang. Kejadian ini seperti mengendarai kendaraan dengan melihat kaca spion bukan jalan di depan. Orientasinya lebih kepada masa lalu. Kalau jalan di depan mulus dan lurus mungkin selamat. Tapi kalau jalan di depan rusak atau tiba-tiba ada halangan atau tikungan pasti akan lebih banyak celakanya daripada selamat. Disini kaca spion dapat mewakili penggambaran tentang masa lalu. Jangan terpengaruh oleh mitos masa lalu untuk mengatasi persoalan masa kini. Demikian yang dikatakan oleh Harold Geneen, Presiden AT&T. Beliau telah meringkas dengan bijak untuk selalu berorientasi ke masa depan agar tidak mengalami strategy myopia.
Andy Groove, Chairman Intel, menulis Only Paranoid Survive. Menulis buku tersebut justru ketika Intel sedang berada di puncak jayanya ketika itu. Ada tiga hal yang dapat menjadi ancaman bagi kelangsungan usaha Intel. Yang pertama, Beliau melihat salah satu trend global yang sedang terjadi adalah perubahan produk yang cepat. Konsumen akan cepat beralih kepada produk lain yang dapat memenuhi kebutuhannya dengan nilai yang sesuai. Umur produk yang semakin singkat. Karena kemajuan teknologi ada barang-barang yang akan ditinggalkan pemakaiannya meskipun dulunya sangat laris dan populer. Tergantikan oleh barang-barang yang bisa saja benar-benar berbeda dari barang sebelumnya karena kebiasaan telah berubah. Kemudian yang kedua, ada orang-orang jagoan di perusahaan yang cepat puas diri. Bagaimana tidak, ketika itu Intel sedang berjaya sehingga formula kemenangan yang telah mengantarkan kejayaan Intel akan dianggap sebagai jimat suci yang tidak boleh diganggu gugat. Padahal dari sejarah kita akan tahu bahwa formula kemenangan, resep sukses hanya berlaku karena kondisi lingkungan tertentu. Bila lingkungan, situasi, kondisi berbeda maka formula kemenangan yang dulu unggul akan kehilangan relevansinya. Ketika disadari biasanya sudah terlambat, perusahaan sudah berada di ambang kehancuran. Hal lain yang dilihat oleh Andy Groove adalah kompetisi. Perusahaan lain yang bisa menghasilkan produk lebih baik dan lebih murah. Ini yang benar-benar merepotkan karena yang namanya teknologi itu memerlukan waktu yang lama serta modal yang besar untuk mengembangkannya. Sedangkan meniru produk relatif lebih cepat dan murah. Intel menghadapi peniruan pesaing terhadap produknya padahal Intel telah berinvestasi untuk membuat penemuan tersebut. Jika tidak terus-menerus berinovasi seperti yang kita lihat sekarang maka tentu saja sudah lama Intel terkubur menjadi sejarah. Intel Core2Duo dan Intel QuadCore tidak akan pernah tercipta.
Jagdish Sheth mendeskripsikan adanya tujuh penyakit yang menghancurkan perusahaan-perusahaan bagus. Pertama, the "cocoon" of denial. Orang menemukan, mengakui, menghitung, dan malah meninggalkannya. Kedua, the stigma of arrogance. Orang-orang arogan cenderung tidak mau belajar lagi. Untuk apa belajar lagi kalau keberhasilan sudah di genggaman? Kalau hari ini sudah berhasi besok pasti akan berhasil lagi, demikian pikir mereka. Pola pikir seperti ini menganggap belajar itu adalah hanya untuk anak-anak sekolahan. Setelah lulus tidak perlu belajar lagi. Jelas ini sangat keliru. Untuk terus menang dalam pertandingan bisnis dan kehidupan tak ada kata berhenti untuk belajar. Karena kalau berhenti belajar akibat yang pasti adalah kalah. Ketiga, comfort zone. Orang lebih senang berdiam diri bila sudah memasuki tahap mapan. Belajar menuntut perubahan. Perubahan pola pikir itu yang pasti. Terus berubah bukanlah hal yang nyaman untuk dilakukan apabila tidak terbiasa berubah. Keempat, masalah teritori (the territorial impulse). Orang merasa menguasai teritorinya sehingga orang lain tidak boleh masuk. Bantuan dari pihak luar dianggap sebagai tanda kelemahan. Padahal, menerima bantuan bukanlah tanda kelemahan. Justru orang besar di perusahaan besar bersedia menerima bantuan meskipun hanya sekedar saran atau kritikan. Mereka sadar bahwa di era informasi yang luar biasa perkembangannya ini kita tidak mungkin mampu menguasai semuanya sehingga perlu adanya pembagian tugas. Orang-orang yang memiliki kemampuan yang berbeda bekerja sama dalam tim untuk mencapai tujuan bersama dengan cara meminimalkan kelemahan masing-masing.
Kelima, obsesi terhadap volume (the obsession of volume). Orang terobsesi memiliki sebanyak-banyaknya dan menguasai seluas-luasnya. Termasuk menguasai negara, pulau, dan dunia. "Jadi, larinya ke market share dan menjadi pelaku yang dominan di pasar. Padahal bukan pelaku dominan dari segi kekuasaan, tapi dari segi keuntungan yang akan menikmati kemenangan," katanya. Keenam, ketergantungan pada kompetensi yang sudah tidak cocok lagi dengan zaman (the curse of incumbency). Misalnya, dulu negara komunis mempunyai orang-orang yang tergantung pada cara berpikir komunis. Sekarang yang terjadi sudah serba paradoksal. Partainya komunis, tapi cara berpikir orang-orangnya kapitalis. Orang komunis saja sudah sadar kalau ideologi komunis tidak cocok lagi untuk bersaing di era global dan informasi. Kalau dulu ideologi komunis mungkin berhasil, kalau sekarang mungkin cuma jadi bahan tertawaan diam-diam. Jadi, kita tidak bisa mengandalkan kemampuan-kemampuan kita di masa lalu. Ketujuh, ada kecenderungan orang melihat pasar secara sempit (the threat of myopia). Padahal pasar itu sedemikian luas sehingga strategi yang diperlukan juga kadangkala tidak baku pada suatu pasar tertentu yang belum tentu dapat diterapkan pada pasar lainnya.
Bila terkena strategy myopia maka biasanya ada dua yang terjadi. Pertama adalah kurang percaya diri sehingga tidak sadar akan kekuatan yang dimiliki, lawan terlihat sangat kuat sehingga terasa tidak mungkin dikalahkan. Jadinya putus asa. Atau sebaliknya yang kedua, arogan, terlalu percaya diri sehingga menjadi gagal mengenali kelemahannya. Semua lawan terlihat seolah-olah enteng sehingga menjadi lengah. Jelas tidak ada persiapan ketika saingan melesat secara tiba-tiba. Baik kurang percaya diri atau terlalu percaya diri, keduanya dapat berakibat sama fatalnya dalam era perubahan yang sedemikian cepat. Rhenald Kasali seorang pakar manajemen kita mengatakan bahwa konsep lama itu perlu, tapi tak mencukupi. Konsep lama adalah pelengkap bagi konsep baru dimana jelas sekali kalau konsep baru akan terus berkembang seiring dengan perubahan yang ada. Orang bijak berkata, bacalah tanda-tanda zaman bila ingin tetap hidup. Tanda-tanda jaman itu pada saat ini dapat dengan mudah dicari karena era informasi terutama internet telah mempermudah itu semua. Informasi menjadi mudah serta murah, tapi tidak dengan kemampuan mengelolanya. Orang atau perusahaan yang mempunyai kemampuan mengolah informasi sehingga dapat menghasilkan keputusan yang jitu akan memenangkan persaingan baik lokal maupun global. Dapat juga direnungkan strategi perang yang ditulis oleh Sun Tzu dalam bukunya yang berjudul Art of War. Semuanya ada 13 strategi. Namun bila diringkas ada tiga pokok. Yaitu, mengenal diri Anda dengan baik, mengenal musuh Anda, dan mengenal tempat di mana kita bertarung agar tidak terjebak dalam strategy myopia.

Riandi
Penulis adalah guru swasta mengajar di SMA PGRI Piasak, Selimbau, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, Indonesia
Hp. 081352471543

Monday, April 20, 2009

Cerdas menyikapi perubahan

Cerdas Menyikapi Perubahan
Oleh : Riandi

Perubahan merupakan hal yang pasti terjadi. Tidak dapat dihindari. Siapa yang tanggap terhadap perubahan dan mampu menyiasatinya akan menjadi pemenang. Sedangkan yang tidak tanggap terhadap perubahan akan tertinggal menjadi sejarah dan kenang-kenangan. Semuanya berubah tak ada yang pasti. Kepastian yang ada hanyalah perubahan itu sendiri bahwa segala hal di dunia ini pasti akan mengalami perubahan. Jika tak mampu mengimbangi perubahan maka yang ada hanyalah tinggal menunggu tergilas perubahan. Sungguh menyakitkan. Kemenangan dan kejayaan masa lalu menjadi tidak berarti. Meskipun demikian perubahan tidak harus ditakuti, bahkan harus dihadapi dengan bijaksana karena dalam perubahan selalu terdapat peluang bagi siapapun untuk tumbuh dan berkembang.
Ada macam-macam strategi yang dimungkinkan untuk menghadapi perubahan. Tidak ada yang baku semua tergantung situasi. Justru kalau terjebak dengan aturan baku tidak akan menjadi fleksibel. Terlalu kaku akhirnya tak mudah berubah. Harus lentur. Sekarang adalah era informasi. Syarat untuk dapat tetap maju dan bertahan adalah mau tak mau harus akrab dengan informasi. Berburu informasi merupakan kegiatan wajib yang harus dilakukan. Rajin mencari tahu ada perubahan apa dan apa yang terjadi dengan perubahan ini. Informasi bisa diperoleh dari dalam perusahaan (manajemen puncak,tenaga ahli, staf dan departemen Riset & Pengembangan) maupun dari luar (analis independen, konsumen, pemasok, distributor, dan sumber lain). Internet dapat menjadi salah satu sumber utama pada saat ini. Dengan menggunakan search engine Google hampir semua informasi yang dibutuhkan secara garis besar dapat diperoleh dengan gratis. Sedangkan untuk perkembangan aktual dapat dipantau melalui media televisi, koran, serta situs berita online yang juga gratis. Kecuali biaya koneksi internet yang relatif. Bisa gratis bisa pula tidak. Gratis kalau numpang. Berbayar kalau pakai jalur koneksi sendiri. Dengan tarif internet dan telekomunikasi yang cenderung turun biaya informasi dari internet juga semakin hari semakin murah mendekati gratis. Ukuran organisasi bahkan besar kecilnya modal tidak lagi terlalu menjadi faktor penentu dalam akses memperoleh informasi. Disini juga terjadi persaingan. Penyedia jasa informasi komunikasi juga akan semakin menurunkan tarif jasa mereka agar konsumen tidak lari ke penyedia jasa lain yang berani menawarkan jasa yang lebih baik dan lebih murah. Dengan demikian maka perkembangan dan perubahan yang terjadi di berbagai bidang seperti politik, ekonomi, sosial, pasar dan teknologi dapat sama-sama dipantau secara relatif lebih adil. Tergantung lagi kemudian kemampuan masing-masing untuk dapat menafsirkan informasi tersebut
Setelah informasi diperoleh maka informasi itu baru akan berguna apabila informasi itu dapat mengubah asumsi yang keliru. Warisan dari masa lalu. Bahwa masa lalu belum tentu akan sama dengan masa sekarang apalagi masa yang akan datang. Harus berani berubah dari hanya sekedar ciptakan dan jual menjadi mampu merasa dan merespon kebutuhan konsumen. Disini yang diubah adalah pola pikir dan aset pengetahuan yang dimiliki. Dimana yang diprioritaskan adalah konsumen. Inilah yang dilakukan oleh perusahaan yang berhasil.
Agar jeli memanfaatkan perubahan maka tentu saja harus mampu mengidentifikasi keunggulan pokok yang dimiliki yang tidak dimiliki oleh pesaing. Keunggulan pokok disini adalah hal-hal unik yang dimiliki yang dapat dimanfaatkan yang tidak dimiliki atau bahkan sulit ditiru pesaing. Namun dengan syarat bahwa keunggulan tersebut bernilai di mata konsumen. Kalau tidak bernilai tentu saja tidak akan mempunyai arti apa-apa sekalipun unik.
Kemudian dengan sumber daya yang ada harus dapat menjawab kebutuhan, keinginan, harapan konsumen. Apa yang sebenarnya diinginkan oleh konsumen/pasar itu yang harus dipenuhi, bukannya menawari sesuatu yang tidak dibutuhkan. Alasan konsumen membeli sesuatu adalah karena sesuatu itu dapat memecahkan masalahnya. Pilihan konsumen sudah sedemikian banyak. Tak dapat dipaksa. Kesalahan bukan pada konsumen melainkan pada perusahaan yang tidak tanggap terhadap maunya konsumen. Jelas, kalau sudah terjadi demikian tentu konsumen akan mengucapkan good bye pada produk atau jasa perusahaan yang tidak sesuai kebutuhan mereka.
Dengan strategi yang tepat maka menghadapi perubahan itu dapat dilakukan dengan cerdas. Bahkan dapat menjadi batu loncatan untuk maju menjadi pemenang di babak berikutnya di era perubahan yang selalu terjadi. Dimana karena ada perubahan akan terjadi seleksi alam yang menyebabkan para pesaing berguguran sehingga pemain yang ikut bermain dalam kancah persaingan juga semakin sedikit. Jika pesaing sudah sedikit tentu itu berarti peluang semakin besar. Selamat berjuang di era perubahan.

Riandi
Penulis adalah guru swasta mengajar di SMA PGRI Piasak, Selimbau, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, Indonesia
Hp. 081352471543

Saturday, April 18, 2009

Problem Solver Oleh : Riandi

Salah satu rahasia sukses adalah menjadi solusi bukan menjadi problem. Demikian yang dikatakan oleh Shiv Khera seorang motivator terkenal. Menjadi problem itu mudah. Mencari solusi itu yang susah. Setiap masalah dapat dipecahkan dengan berbagai cara yang berbeda. Atau dengan kata lain masalah itu dapat dicari solusinya dalam keadaan apapun. Problem solver. Pemecah masalah. Karena dalam masalah itu ada peluang. Itu kunci dasar untuk sukses. Salah satu rahasia. Memenuhi kebutuhan orang lain terlebih dahulu baru secara ajaib kebutuhan kita sendiri akan terpenuhi. Semuanya berhubungan dengan manusia. Memberikan terlebih dahulu baru kemudian menerima. Bukan sebaliknya. Terima dulu baru memberi. Di dunia ini ada dua jenis manusia. Yang menjadi problem dan yang menjadi solusi atau pemecah masalah dari problem tersebut. Google melayani demikian banyak orang dengan layanan-layanan spektakulernya yang menjangkau jutaan orang. Dari Google Search yang paling top di muka bumi, lalu Youtube yang semakin berkibar sampai ke Google Earth yang bahkan sampai mampu menelanjangi tempat penyimpanan rudal nuklir Inggris. Lalu ada Apple yang legendaris dengan produk iPhone – nya. Meskipun iPhone ditawarkan oleh Apple dengan harga relatif mahal iPhone mampu memukau jutaan orang yang seakan berlomba guna memilikinya. Sampai rela antri. Kemudahan pengoperasian layar sentuh iPhone dan kecepatan browser Safari lah yang menjadi penyebab itu semua. Jepang juga dapat dijadikan contoh. Setelah hancur lebur di bom atom oleh sekutu Jepang dapat bangkit dengan industrinya.Selanjutnya telah menjadi sejarah. Jepang dapat bangkit menjadi negara industri maju yang makmur. Coba bayangkan bagaimana dunia ini jadinya kalau tidak ada mobil, motor, televisi serta berbagai jenis barang lainnya buatan Jepang yang berkualitas namun berharga relatif terjangkau? Lalu apa yang dilakukan oleh orang banyak? Mengeluh menyalahkan orang lain, pemerintah. Menganggap bahwa terjadi konspirasi global sehingga yang miskin semakin miskin yang kaya semakin kaya. Padahal kenyataannya tidak demikian. Jika kita ikuti perkembangan informasi dengan jujur dan mau membuka wawasan kita yang sempit, maka penyebab sebenarnya mengapa yang kaya makin kaya cuma satu. Siapa yang dapat memecahkan persoalan bagi jutaan orang dan tahu cara menjualnya itulah yang menjadi orang yang semakin kaya. Karena dasar dari kapitalis sejati adalah orang yang melihat masalah orang banyak kemudian memecahkan masalah itu. Melihat masalah sebagai peluang bukan sebagai bencana. Sebagai imbalannya wajar kalau kehidupan membayar mereka dengan kelimpahan, kekayaan materi. Dan mereka yang makmur telah melakukan itu. Sementara itu, yang miskin akan semakin miskin jika tidak mengubah cara berpikir. Melayani orang lain terlebih dahulu. Memikirkan bagaimana caranya membuat hidup lebih baik bagi orang banyak. Jujur saja, cobalah bandingkan apakah selama ini negara yang tertinggal sudah cukup melakukan sesuatu yang berguna bagi orang banyak? Jika tidak atau belum maka hari ini adalah saatnya Anda mulai melakukan itu. Menjadi orang atau bangsa yang melakukan hal yang bermanfaat bagi banyak orang. Membuat hidup lebih baik. Bukan jadi orang atau bangsa peminta-minta yang tidak pernah berbuat untuk membantu orang banyak tapi merasa dirinya lah yang paling benar dan terus menuduh bangsa lain telah mencuranginya sehingga mereka terpuruk. Sungguh cara berpikir yang sebenarnya sangat ganjil. Jadi wajar sebagai imbalannya dunia pun sedemikian pelit. Seolah-olah kemakmuran itu hanya untuk mereka-mereka yang tinggal nun jauh disana.

Penulis adalah guru swasta mengajar di SMA PGRI Piasak,Selimbau, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat Indonesia. Hp. 081352471543

Wednesday, April 15, 2009

Inovasi saja tidak cukup

Inovasi Saja Tidak Cukup
Oleh : Riandi
Inovasi untuk hal baru merupakan hal yang baik. Namun ada banyak inovasi yang belum tentu dapat diterima oleh pengguna meskipun inovasi itu berhasil menciptakan sesuatu yang dapat membuat berbagai hal menjadi lebih baik.Keyboard QWERTY diciptakan untuk memperlambat kecepatan mengetik.Ketika itu mengetik masih menggunakan peralatan mekanis yang tak mampu menampung kecepatan mengetik sehingga jarum-jarum mekanis mesin ketik saling berbenturan. Karena itulah pada tombol ketik QWERTY justru huruf yang sering dipakai diletakkan saling berjauhan dan diusahakan hanya terjangkau oleh jari yang lemah.Inovasi menggunakan tombol ketik DVORAK telah dibuktikan mampu mempercepat kecepatan pengetikan dengan cara mengumpulkan huruf yang sering dipakai berdekatan.Saat ini pengetikan telah menggunakan komputer.Tapi anehnya tombol ketik susunan QWERTY masih terus dipakai hingga kini meskipun kurang efisien. Hal ini karena sudah terlanjur sehingga sulit untuk diubah. Perlu waktu lama dan biaya yang sangat tinggi untuk mengubah peralatan secara fisik dan keterampilan mengetik yang sudah terlanjur menggunakan QWERTY.Jadi mungkin untuk selamanya hal itu akan dibiarkan saja.
Untuk sistem operasi yang digunakan di Netbook Microsoft mendapat untung tak terduga dari konsumen yang terbiasa menggunakan Windows. Beralih menggunakan sistem operasi Linux yang gratis kurang nyaman karena kurang terbiasa. Akhirnya konsumen kembali lagi ke Windows meskipun tidak gratis.Sehingga walaupun pada awalnya Windows kalah di Netbook namun kemudian situasi menjasi berbalik dimana sistem operasi Windows mendominasi sistem operasi untuk Netbook.
Meskipun kadangkala inovasi saja tidak cukup untuk mengubah kebiasaan lama yang telah mendarah-daging namun bukan berarti inovasi tidak perlu dilakukan. Inovasi adalah kata wajib yang harus dilafalkan jika ingin terus mencapai kehidupan yang lebih baik. Ada beberapa strategi yang dapat diterapkan agar inovasi dapat diterima. Dimana masing-masing strategi tersebut dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada.
Strategi yang pertama adalah dengan membuat jaringan sendiri agar inovasi tersebut dapat diterapkan. Internet merupakan hal yang baru pada waktu ia diciptakan dan mulai diterapkan. Masalahnya terletak pada jaringan yang belum memadai dan masih terbatas. Perlu waktu puluhan tahun agar internet dapat diterima secara luas. Ini adalah contoh inovasi merombak yang sukses Sekarang mungkin kita tak bisa hidup tanpa internet, kalau dulu?
Hal lain yang dapat dilakukan sebagai alternatif strategi yang kedua adalah dengan cara memanfaatkan jaringan, sistem yang sudah ada. Cara ini relatif lebih rendah resikonya untuk ditolak oleh konsumen. Google, Yahoo, Facebook,Youtube menjadi demikian populer dalam waktu yang relatif singkat karena mendompleng sistem yang sudah ada yaitu internet. Jadi, semakin banyak pengguna internet, semakin berkembang jaringan yang terhubung ke internet maka situs-situs dunia maya tersebut juga akan semakin berkibar dan berjaya. Sehingga timbul pertanyaan apakah Google yang membuat internet maju atau internetlah yang membuat Google berkembang? Persis dengan pertanyaan ayam dulu atau telur dulu yang muncul.
Alternatif lain lagi yang dapat membuat inovasi tak dapat ditolak oleh konsumen adalah dengan cara menjadi pelengkap atau tambahan bagi sistem yang sudah ada. Jadi inovasi yang dilakukan tidak merombak sistem yang telah ada melainkan membuatnya semakin sempurna.
Pertempuran antara Long Term Evolution (LTE) dengan Wimax sebagai inovasi sarana komunikasi generasi ke-empat (4G) dapat menjadi contoh yang sangat menarik. Sama-sama memiliki keandalan teknologi masing-masing yang hampir serupa yaitu kecepatan tinggi dan efisiensi spektrum yang lebih baik sehingga biaya komunikasi menjadi lebih murah dan dapat mencapai daerah jangkauan yang lebih luas.Mempunyai dua kubu fanatik yang akan berusaha membela dan mengembangkannya. Namun, ada satu hal yang membuat LTE akan lebih unggul di masa mendatang. Jika Wimax harus membuat jaringan baru, maka LTE tidak perlu melakukan itu karena teknologinya yang berbasis pada teknologi GSM yang sudah ada dan mapan. Hasilnya tentu saja operator telekomunikasi sebagai pihak penyelenggara jasa telekomunikasi akan lebih memilih LTE dibanding Wimax. Dengan LTE pihak operator tidak perlu mengubah jaringan yang sudah ada, cukup menambah sistem LTE pada jaringan GSM yang sudah ada. Dengan demikian pelanggan 2G dan 3G yang menjadi mayoritas pelanggan komunikasi dapat tetap menggunakan peralatan lama mereka sambil menunggu waktu untuk menggunakan perangkat 4G. Sederhana sekali bukan?
Dengan demikian maka yang perlu diperhatikan untuk menerapkan inovasi adalah kesiapan pasar untuk menerimanya. Inovator perlu trengginas agar tidak tergilas dan perlu bijak agar tidak terinjak. Bagaimana dengan Anda?
Riandi
Penulis adalah guru swasta mengajar di SMA PGRI Piasak, Selimbau, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, Indonesia.
HP. 081352471543