Friday, June 19, 2009

Transformasi Bisnis, Pelajaran dari Telkom

Transformasi Bisnis, Pelajaran dari Telkom
Oleh : Riandi

Persaingan bisnis selalu tajam dan keras. Hanya perusahaan dengan
bisnis yang kuat,sehat dan kompetitif yang dapat bertahan. Meskipun
sudah kuat dan sehat serta kompetitif tetap akan ada perubahan
lingkungan usaha yang akan memaksa perusahaan untuk mengubah
bisnisnya agar tetap sesuai. Bila tidak mampu menyesuaikan dengan
perubahan, silahkan minggir karena biasanya keadaan sehat dan kuat
tersebut adalah kondisi masa lalu. Masa sekarang apalagi yang akan
datang jelas akan berbeda. Telkom termasuk perusahaan yang mengalami
hal tersebut. Dari perusahaan yang mempunyai bisnis konvensional
melayani komunikasi dengan telepon tetap, kemudian harus dipaksa untuk
memikirkan ulang bisnisnya karena munculnya era telekomunikasi telepon
bergerak dan internet.
Untungnya Telkom sendiri telah melakukan langkah jitu untuk
menyelamatkan kelangsungan bisnisnya yang tak dapat lagi bergantung
pada telepon tetap yang pada saat ini stagnan bahkan bisa dikatakan
semakin menurun. Karena munculnya era komunikasi bergerak maka Telkom
membuat anak usaha yang khusus bergerak di bidang komunikasi bergerak
yaitu Telkomsel yang khusus bermain di GSM. Langkah ini sukses besar
karena pada saat persaingan komunikasi bergerak sudah demikian panas,
Telkomsel sudah memiliki 75 juta pelanggan dan dengan demikian menjadi
pemimpin pasar komunikasi seluler. Jelas menjadi salah satu penyumbang
terbesar keuntungan bagi Telkom. Kemudian ada juga Telkom Flexi yang
bermain di arena CDMA. Sehingga untuk area komunikasi bergerak Telkom
sudah siap kalau toh akhirnya telepon tetap tidak lagi diminati.
Langkah lain yang diambil Telkom adalah meredefinisi bisnis telepon
tetapnya dari layanan komunikasi suara menjadi layanan data dengan
Telkom Speedy. Pada saat permintaan sambungan telepon rumah semakin
turun, jumlah pelanggan Speedy justru semakin bertambah. Apalagi
dengan jumlah pelanggan Speedy yang terus bertambah hingga mencapai 1
juta orang tentunya ada harapan akan terus bertambah. Dan juga yang
harus diingat, calon pelanggan potensial Speedy adalah dari pelanggan
telepon tetap yang jumlahnya mencapai puluhan juta pelanggan. Ini
artinya ada puluhan juta calon pelanggan komunikasi konvensional yang
berpotensi dialihkan ke layanan komunikasi data karena internet yang
terus tumbuh pesat.
Kemudian untuk menjawab tantangan bisnis yang semakin menggila
ternyata ketahuan bahwa organisasi Telkom sudah kelebihan beban.
Karyawan sudah terlalu banyak sehingga kurang efisien dan membuat
perusahaan menjadi gemuk dan lamban dalam merespon perubahan.
Karyawan Telkom berjumlah 25.000 orang sedangkan Telkomsel hanya 3000
orang tapi dapat menghasilkan keuntungan secara rata-rata lebih besar
dari Telkom yang memiliki karyawan terlalu banyak. Telkom lebih banyak
merugi dalam hal pembayaran gaji dan ongkos operasional karyawan. Tak
terhindarkan memang, jumlah karyawan pun pada akhirnya tetap akan
dikurangi sampai tingkat yang paling efisien dan efektif. Karena
kelebihan karyawan Telkom jadi mirip gadis cantik yang gembrot karena
kebanyakan makan. Apa boleh buat agar dapat tampil menarik lagi tentu
harus usaha agar dapat menjadi ramping dan menarik. Intinya adalah
perampingan. Dana 800 miliar yang hampir mendekati angka 1 triliun pun
disiapkan untuk pesangon karyawan yang ingin berhenti secara sukarela
dengan sistem pensiun dini maupun yang memang harus di PHK. Jumlah
sekian tentu hanyalah kerugian sementara yang nilainya sebenarnya
kecil bila dibandingkan dengan kerugian jangka panjang yang akan
dialami Telkom apabila harus terus mempertahankan karyawan yang tidak
produktif. Lebih baik rugi sedikit daripada terus mempertahankan
karyawan yang justru berpotensi memberikan kerugian yang lebih besar
lagi di masa depan. Ini adalah salah satu langkah berani yang harus
diambil Telkom secara konsisten bila ingin terus maju dalam persaingan
bisnis .
Tentu saja kalau urusan PHK karyawan bukan cuma Telkom sendiri yang
harus melakukan hal tidak mengenakkan tersebut. Banyak perusahaan
kelas dunia pun terpaksa dan sering melakukan hal tersebut. Sebut saja
sebagai contoh adalah Google, Nokia, Facebook, bahkan Microsoft pun
juga melakukannya. Itu adalah hal yang lumrah. Pilihan sulit memang.
Tapi memang tenaga kerja menjadi salah satu biaya terbesar perusahaan
dimana dengan teknologi yang semakin maju, bisnis yang efisien adalah
bisnis yang padat teknologi bukan bisnis padat karya. Karena dengan
teknologi banyak pekerjaan yang dulunya dilakukan manusia kini telah
digantikan dengan teknologi. Bisnis jaman sekarang dapat dijalankan
dengan semakin sedikit orang atau karyawan.
Dalam kasus ini Telkom termasuk perusahaan yang beruntung. Dari
perusahaan yang dulunya berjaya karena monopoli secara alami, kemudian
dapat terus eksis meskipun terjadi perubahan bisnis dimana pemain
lebih dari satu sehingga tidak bisa lagi menikmati manisnya monopoli.
Sehingga, dari beberapa langkah Telkom yaitu membuat anak usaha,
meredefinisi bisnis konvensionalnya sampai perampingan karyawan ada
pelajaran utama yang dapat ditarik. Pelajaran tersebut adalah
transformasi bisnis yang tepat dan jitu akan berguna membantu setiap
perusahaan dalam menghadapi  tantangan bisnis di masa depan.
Lingkungan berubah. Pesaing juga berubah. Keinginan konsumen akan
kepuasan yang harus dipenuhi juga semakin tinggi. Tidak bisa
menggunakan standar lama. Hanya transformasi bisnis yang sesuai yang
dapat membuat perusahaan dapat bertahan serta terus tumbuh dan
berkembang karena bila tidak bertransformasi jelas akan mati dengan
sendirinya. Sudah hukum alam jika tidak tumbuh atau berubah maka akan
mati dengan sendirinya. Tentu tak ada pelaku bisnis baik perusahaan
bahkan individu yang ingin mengalami hal demikian. Semua ingin
bisnisnya dapat berlangsung selama mungkin. Berubahlah sebelum dipaksa
berubah.


Riandi (ryandy2009.blogspot.com) (ryandy2008@gmail.com)
Penulis adalah guru swasta mengajar di SMA PGRI Piasak,Selimbau,Kapuas
Hulu,Kalimantan Barat,Indonesia.
HP. 081352471543

Friday, June 5, 2009

Menaklukkan krisis ekonomi dengan teknologi

Menaklukkan Krisis Ekonomi dengan Teknologi
Oleh : Riandi

Krisis ekonomi melanda AS dan kemudian pelan tapi pasti berlanjut
secara global. Hingga saat ini belum ada tanda-tanda pemulihan. Hanya
perasaan optimisme yang membuat mampu bertahan menghadapi krisis
tersebut. Menurut kompas penyebab dari krisis ekonomi AS adalah
penumpukan hutang nasional yang mencapai 8.98 triliun USD, pengurangan
pajak korporasi, pembengkakan biaya perang Irak dan Afghanistan, dan
yang paling krusial adalah Subprime Mortgage. Kerugian surat berharga
property sehingga membangkrutkan Lehman Brothers, Merryl Lynch,
Goldman Sachs, Northern Rock,UBS, Mitsubishi UF.
Kemudian baru-baru ini General Motors sebagai perusahaan pembuat mobil
terbesar Amerika juga menyatakan diri bangkrut. Berkas permohonan
bangkrut setebal 11 bab itu merupakan sejarah kebangkrutan terbesar
ketiga di Amerika setelah runtuhnya lembaga keuangan Lehmann Brothers
dan raksasa telekomunikasi WorldCom. Angka penjualan GM menurun
drastis akibat dampak krisis keuangan global dan perusahaan itu
memperoleh bantuan pemerintah sebesar US$ 20 miliar.
Lantas bagaimana dengan di Indonesia? Krisis keuangan yang menimpa
Amerika jelas juga berdampak di Indonesia, seperti harga rupiah yang
terus melemah, IHSG yang juga tidak sehat, ekspor diperkirakan juga
menjadi terhambat karena perusahaan- perusahaan AS akan melakukan
politik banting harga. Sehingga banyak yang pesimis bahwa krisis
ekonomi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997/98 akan terjadi
lagi.
Akibat krisis ekonomi yang paling merasakan dampaknya adalah para
karyawan perusahaan yang terkena imbas krisis ekonomi. PHK tak
terhindarkan lagi. Pengurangan karyawan secara besar-besaran dilakukan
oleh perusahaan-perusahaan raksasa. Terjadi pengangguran dimana-mana.
Langkah ini sudah jelas pasti akan terjadi cepat atau lambat karena
pertumbuhan karyawan perusahaan-perusahaan itu terjadi karena pasar
yang tumbuh. Ketika pasar menurun dan terus menurun secara tak pasti
pendapatan perusahaan pun terus menurun sehingga PHK tak terhindarkan
lagi dengan alasan utama penyelamatan perusahaan.
Kemudian akibat lain dari krisis tersebut adalah lemahnya daya beli
konsumen sehingga jelas banyak produk yang tidak atau kurang laku di
pasar. Konsumen sedang kekurangan uang sehingga pikir-pikir dan
pilih-pilih untuk membelanjakan uangnya. Penjualan menurun sudah tentu
akibatnya keuntungan juga menurun bagi bisnis. Terjadi efek beruntun
yang mirip dengan riak gelombang di air. Yang kalah tidak hanya
perusahaan kecil, yang besar-besar pun juga banyak yang terhantam
krisis. Ada yang masih bertahan. Banyak yang telah melempar
handuk,bangkrut. Akan tetapi meskipun banyak yang kalah tetap ada yang
menang di saat krisis. Apple dengan i-Phone, RIM dengan Blackberry
merupakan yang menang di saat krisis. Malah memperoleh keuntungan
besar karena i-Phone dan Blackberry laris manis di saat krisis.
Meskipun banyak yang pesimis, rasa optimis itu tetap selalu ada. Bill
Gates memiliki keyakinan kuat bahwa krisis ekonomi dapat ditaklukkan
dengan teknologi. Bill Gates juga menyatakan keyakinannya bahwa kita
baru berada pada tahap permulaan revolusi teknologi informasi. Itu
artinya kesempatan untuk melakukan inovasi pada saat ini malah lebih
besar dari sebelumnya. Optimisme tersebut bukan optimisme kosong.
Dengan teknologi jelas banyak hal yang dapat dilakukan untuk menunjang
proses pemulihan bahkan pertumbuhan di saat krisis ekonomi.
Hal pertama yang menjadi sebab keunggulan teknologi untuk menaklukkan
krisis adalah marketing dengan biaya rendah. Dengan teknologi
informasi maka salah satu unsur dari bisnis yaitu marketing dapat
dilakukan dengan biaya yang lebih rendah dengan daya jangkau yang
sangat luas. Internet merupakan teknologi yang justru makin pesat
perkembangannya karena krisis. Internet memiliki jangkauan yang lebih
luas dari media konvensional seperti televisi dan koran. Pada saat ini
ketika anggaran untuk hal lain turun justru kebutuhan untuk memperoleh
informasi semakin besar. Orang justru makin tertarik mengakses
informasi tentang krisis ekonomi dan berbagai hal lainnya lewat
internet.
Resesi ekonomi memaksa sebagian rumah tangga memperkencang ikat
pinggang. Namun berdasarkan penelitian terbaru bertajuk Digital
Families Report yang dibesut operator mobile O2, sekitar 11 juta
keluarga di Inggris lebih memilih mengorbankan makanan untuk dihemat
ketimbang internet. Barangkali karena sudah terlanjur cinta mati pada
dunia maya, banyak keluarga di Inggris tak rela menghemat pengeluaran
untuk internet. Malah mereka lebih memilih mengorbankan pengeluaran
untuk makanan saja. Perusahaan-perusahaan pun demikian. Ada kesadaran
bahwa informasi merupakan hal yang sangat perlu untuk dapat terus
bertahan bahkan tumbuh melewati krisis. Anggaran untuk IT tidak
berkurang bahkan banyak yang meningkatkannya agar tetap mampu
bersaing. Dengan demikian untuk memasarkan produk menjadi semakin
mudah dengan biaya yang semakin murah serta jangkauan yang semakin
luas.
Hal kedua yang menjanjikan dari teknologi adalah dengan informasi yang
memadai maka kemampuan bagi bisnis untuk mengerti kebutuhan konsumen /
trend juga semakin tajam dan presisi. Terutama lewat internet dapat
diketahui apa yang paling sering dicari orang sebagai trend yang dapat
diantisipasi dan dijadikan prediksi. Salah satu keunggulan Research In
Motion dengan Blackberry adalah layanan pushmail. Konsumen sejati
Blackberry adalah yang mengerti teknologi mempunyai keinginan untuk
dapat menerima dan mengirim email dari ponsel yang praktis. Tanpa
perlu komputer lagi. RIM mengerti kebutuhan ini dan menyediakan ponsel
sekaligus layanan pushmail nya. Konsumen merasakan kemudahan terima
kirim email lewat ponsel Blackberry tanpa harus konek ke internet
lewat komputer atau laptop yang masih kurang praktis. Terima kirim
email dimana saja kapan saja semudah terima kirim SMS menjadi hal yang
diinginkan konsumen. Karena RIM mengerti kebutuhan konsumen tersebut
jelas tidak heran kalau ponsel Blackberry yang meskipun harganya tidak
bisa dikatakan murah alias mahal laris diserbu pembeli. Padahal lima
tahun yang lalu ketika email belum booming, menjual perangkat
Blackberry susahnya setengah mati. Kalau sekarang lain cerita. RIM
sedang menikmati kemenangannya. Bahkan dapat menggerogoti pangsa pasar
ponsel cerdas Nokia.
Menghadapi Blackberry, satu hal yang merupakan ancaman serius
dilancarkan oleh Nokia. Benar-benar ancaman serius karena Nokia pun
akhirnya menyediakan layanan pushmail secara gratis. Kemudian dari
pilihan ponsel yang dapat menggunakan layanan pushmail ovi mail dari
Nokia tadi demikian luar biasa. Mengapa luar biasa, karena pushmail
Nokia dapat digunakan pada ponsel low-end berbasis java J2ME Nokia
yang harganya relatif murah meriah. Hanya menggunakan ponsel murah
sudah dapat terima kirim email langsung dari ponsel. Apalagi dengan
ponsel mid-end dan high-end Nokia bersistem operasi terbuka Symbian
yang harganya bahkan masih lebih murah dari Blackberry, fungsi
pushmail lebih maksimal. Disini jelas strategi baru Nokia itu
berpotensi besar untuk menumbangkan kejayaan Research In Motion
sebagai produsen Blackberry. Dua hal yang tak dimiliki Blackberry yang
diserang langsung oleh Nokia. Yaitu, layanan pushmail gratis dan
ponsel pendukung yang murah. Sedangkan pushmail Blackberry tidak
gratis alias berbayar dengan cara berlangganan lewat operator. Belum
lagi harga ponsel Blackberry yang tidak murah. Dua faktor itu tadi
yang dengan jitu ditembak oleh Nokia. Jelas untuk ke depan nanti
justru RIM yang akan kerepotan bersaing melawan Nokia.
Hal ketiga yang menjadikan teknologi sebagai primadona di tengah
krisis ekonomi adalah efisiensi, penghematan, efektifitas operasional.
Bisnis yang lebih hemat energi, hemat peralatan dan dapat beroperasi
lebih cepat,sehingga hemat biaya menjadi salah satu faktor penentu
untuk bertahan, tumbuh di saat krisis. Sudah tidak masanya lagi bisnis
yang tambun, tidak efisien, boros dan lamban untuk terus hidup.
Meskipun memang pada saat sebelum krisis banyak bisnis yang demikian.
Karena pertumbuhan ekonomi yang bubble mengakibatkan banyak bisnis
yang terkatrol. Entah itu karena pasar itu sendiri ataupun karena
proteksi politik. Terjadinya krisis akan menunjukkan siapa sebenarnya
yang berbisnis dan siapa yang cuma sebagai penggembira. Bisnis yang
tidak layak akan mati sendiri. Krisis ekonomi yang terjadi telah
menyingkap kebobrokan yang ada. Sedangkan bisnis yang memang layak
akan terus tumbuh. Pasar yang menerima. Bukan akibat katrolan dari
politik yang dipaksakan.
Pada akhirnya baik itu individu maupun organisasi bisnis akan
dihadapkan pada pilihan mau tidak mau harus menggunakan teknologi
untuk dapat bertahan serta tumbuh di tengah krisis ekonomi. Jika masih
terpaku pada cara lama pola pikir lama maka sudah jelas akan terlindas
oleh krisis yang kejam dan tak kenal ampun ini. Pilihan terdapat
individu serta organisasi itu sendiri untuk lebih memaksimalkan
teknologi guna menaklukkan krisis ekonomi.

Riandi (ryandy2009.blogspot.com) (ryandy2008@gmail.com)
Penulis adalah guru swasta mengajar di SMA PGRI Piasak, Selimbau,
Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, Indonesia
Hp. 081352471543